Desa Candi Dusun Candi, kecamatan Bandungan
kabupaten Semarang adalah sebuah desa yang terletak di kaki gunung
ungaran. Desa ini sejatinya menyimpan potensi wisata yang masih
terpendam.
Candi Asu, begitu warga menyebutnya. Nama “Asu” berasal dari bahasa jawa yang berarti “Anjing”. Karena di sebelah kiri candi terdapat patung yang berkepala anjing. Karena itulah warga pun menyebutnya “Candi Asu”. Namun sayang, kepala anjing di patung yang berbentuk agak mirip kotak balok itu kini sudah hilang di curi orang yang tak bertanggung jawab.
Candi Asu, begitu warga menyebutnya. Nama “Asu” berasal dari bahasa jawa yang berarti “Anjing”. Karena di sebelah kiri candi terdapat patung yang berkepala anjing. Karena itulah warga pun menyebutnya “Candi Asu”. Namun sayang, kepala anjing di patung yang berbentuk agak mirip kotak balok itu kini sudah hilang di curi orang yang tak bertanggung jawab.
Letak Candi Asu tidak jauh dari lokasi tempat wisata Candi Gedong Songo yang terletak di dusun Darum desa Candi.
Bahkan para ahli memperkirakan umur Candi Asu sama dengan Candi Gedong Songo yang di dirikan pada zaman Dinasti Sanjaya. Jadi dengan demikian masih tidak jauh berbeda dengan Candi Dieng di Wonosobo.
Bahkan para ahli memperkirakan umur Candi Asu sama dengan Candi Gedong Songo yang di dirikan pada zaman Dinasti Sanjaya. Jadi dengan demikian masih tidak jauh berbeda dengan Candi Dieng di Wonosobo.
Dahulu, Candi ini adalah sebuah bangunan
Candi yang masih utuh. Karena warga pada saat itu cemas dan khawatir
bila suatu saat nanti Candi ini di jadikan tempat wisata oleh pemerintah
dan penduduk setempat harus di gusur layaknya penggusuran yang sering
mereka saksikan dalam berita, akhirnya candi itu pun di runtuhkan. Warga
memanfaatkannya untuk baturam pondasi bangunan rumah. Dan kini candi
itu tinggallah puing-puing candi yang terdiri dari Lumpang (tempat
menumbuk), Gentong (bak tempat air), patung anjing tak berkepala dan
beberapa bagiang candi yang masih tersisa. Bahkan tak jarang warga yang
menggali tanah pun kadang menemukannya.
Namun anehnya tanah tempat dahulu candi berpijak tak satupun rumput bisa tumbuh. Jadi tampak bisa di perkirakan candinya dahulu sebesar apa.
Namun anehnya tanah tempat dahulu candi berpijak tak satupun rumput bisa tumbuh. Jadi tampak bisa di perkirakan candinya dahulu sebesar apa.
Namun setelah mendapat arahan dari
pemerintah setempat, warga mulai menyadari jika Candi Asu justru
sebenarnya bisa mendatangkan dan memakmurkan perekonomian warja jikalau
Candi ini menjadi tempat wisata yang ramai. Masyarakat kemudian
berbondong-bondong kerja bakti membangun jalan yang akan menuju ke
lokasi Candi. Pemerintah telah mengeluarkan bantuan sebesar 8 milyar.
Namun kini hilanglah kisahnya. Jalan beraspal pun tak juga di temui,
mungkin Dana itu telah macet ke tangan atasan atau mungkin di
salah-gunakan untuk hal yang lain. Namun di lokasi Candi lumayan indah,
mirip taman yang mungil. Terlebih lagi, letaknya berada agak jauh dari
rumah warga. Sehingga suasana sejuk, hening dan segar dapat dirasakan
oleh orang yang kesana karena di sekeliling Candi terdapat banyak
pepohonan. Disana ditemukan pula beberpa bangunan pondok berbentuk limas
segi empat.
Di sebelah timur Candi. Terdapat sebuah makam kecil yang hanya bernisankan 2 buah pohon Andong merah. Makam ini terletak di atas tanah garapan warga dan di yakini adalah makam Anjing yang konon penjaga Candi dan di bunuh oleh anak manusianya sendiri.
Di sebelah timur Candi. Terdapat sebuah makam kecil yang hanya bernisankan 2 buah pohon Andong merah. Makam ini terletak di atas tanah garapan warga dan di yakini adalah makam Anjing yang konon penjaga Candi dan di bunuh oleh anak manusianya sendiri.
Candi ini belum di ketahui oleh masyarakat
secara luas. Bahkan tidak tercatat dalam daftar tempat wisata.
Jadi,mungkin suatu kewajiban bagi penulis (juga warga Candi) untuk
sedikit memperkenalkan kepada masyarakat luas. Semoga suatu hari kelak
Candi ini menjadi tempat wisata yang tidak kalah ramai dengan Candi
Gedong Songo yang jaraknya cuma 3 km. Sehingga mampu menjadikan lapangan
pekerjaan baru bagi warga yang sebagian besar berprofesi sebagai
petani. Dan juga mampu menambah pemasukan devisa bagi negara dan untuk
pembangunan Candi khususnya.
Semoga masyarakat luar cepat tersadar adanya tempat wisata yang masih terpendam.
Semoga masyarakat luar cepat tersadar adanya tempat wisata yang masih terpendam.
*Penulis menulis tulisan saat kerja bakti pembangunan jalan di sekitar Candi.